Minggu, 31 Januari 2010

Petunjuk Islam tentang Angin

Sekarang lagi musim hujan dan angin kencang , Allah SWT menciptakan angin atau mendatangkannya dan menurunkan hujan tentu ada maksud bagi hamba-hambaNya. Dengan angin atau hujan Allah akan mengetahui siapa diantara mereka itu yang beriman sebenarnya dan siapa diantara hambaNya yang pendusta dalam keimananan terhadapNya.
Allah berfirman dalam Surat Al Ankabut : 1-3 yakni :
الـمّ ( 1 ) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُّتْرَكُوْا أَنْ يَقُوْلُوْآ آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ ( 2 ) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِيْنَ ( 3 )
“ Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. “ ( QS. Al Ankabut : 1-3 )
Datangnya angin merupakan bukti atas kekuatan Allah Yang Maha Dahsyat. Dimana-mana kita saksikan berita akan kehebatan makhluq Allah yang satu ini yaitu Angin. Di dalam Al Quran Allah memberikan petunjuk tentang angin ini, yaitu dalam surat Ar Ruum : 46.
Yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS ar Rum: 46).
dan Al Baqarah ayat 164
Yang artinya, “Dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. al Baqarah: 164).
Bagi kalangan orang-orang yang berakal adanya angin tentu bukan hal yang sia-sia. Dalam ilmu sains saja kita tahu betapa banyak manfaat akan adanya angin ini , mulai dari terbantunya proses penyerbukan, sampai dengan bergeraknya awan yang membawa air hujan untuk kemudian dikirim menuju suatu daerah yang dikehendaki oleh Allah SWT. Maha Suci Allah dari tuduhan akan kekurangan dan kelemahan dalam penciptaannya. Itulah hal positif yang bisa kita ambil dengan adanya angin. Yang mana dengan senantiasa memikirkan ayat-ayat Allah disekitar kita, maka akan menjadikan kita semakin paham dan yakin akan ke-Esaan Allah dalam penciptaan seluruh Makhluq-Nya. Selanjutnya akan mendorong seorang hamba mendekat dan dan menghamba kepadaNya saja. Subhanallah .
Disisi lain, angin juga dapat membinasakan manusia, tetumbuhan dan hewan. Manusia dibinasakan akibat perbuatan dhalim yang mereka lakukan. Dalam al Qur’an surat Adz Dzariat : 41 -42, Allah menyebutkan kisah kaum ‘Aad ( kaumnya nabi Hud ‘alaihissalam ). Dalam kandungan ayat ini Allah membinasakan kaum’Aad tanpa ada yang tersisa satupun dari penduduknya. Hal itu disebabkan karena mereka ( kaum ‘Aad ) mendurhakai nabi Huud - ‘alaihissalaam- yang Allah mengutusnya kepada mereka, malahan justru lebih mentaati dan mematuhi seluruh perintah para pembesar kaum itu.
Berikutnya dijelaskan dalam surat Al Ahqaf : 24-25 yang artinya : “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa “.
Oleh karena itulah diantara do'a yang di perintahkan untuk dipanjatkan adalah sebagai berikut :
اللهم إني أسألك خيرها ، وخير ما فيها ، وخير ما أُرسلت به ، وأعوذ بك من شرها وشر ما فيها وشر ما أرسلت به
artinya ; ya Allah, aku memohon kepadaMu baiknya angin, dan apa - apa yang dibawa olehnya, dan aku memohon kebaikan pada apa yang angin diutus bersamanya ( berupa rasa segar diterpa angin, proses penyerbukan menjadi lebih cepat dll ). dan aku berlindung kepadaMu atas kejelekan angin dan apa yang dibawanya, dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekan apa-apa yang diutus bersamanya. ( Riwayat Ashabussunan kecuali an Nasa'i )

Kamis, 28 Januari 2010

Memahami Behavioristik dalam psikologi belajar ( 2 )

Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
1. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
2. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Memahami Behavioristik dalam Psikologi Belajar ( 1 )

Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) teori behaviorisme; (B) teori belajar kognitif menurut Piaget; (C) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (D) teori belajar gestalt.

Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
• Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
• Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
• Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
• Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
• Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
• Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

Rabu, 20 Januari 2010

Memahami makna Jihad dengan Benar

Jihad merupakan puncak kekuatan dan kemuliaan Islam. Orang yang berjihad akan menempati kedudukan yang tinggi di surga, sebagaimana juga memiliki kedudukan yang tinggi di dunia.
Secara umum, hakikat jihad mempunyai makna yang sangat luas. Yaitu, berjihad melawan hawa nafsu, berjihad melawan setan, dan berjihad melawan orang-orang fasik dari kalangan ahli bid’ah dan maksiat. Sedangkan menurut syara’ jihad adalah mencurahkan Seluruh kemampuan untuk memerangi orang kafir.

Sehingga dapat disimpulkan, jihad itu meliputi empat bagian :
a. Jihad melawan hawa nafsu
b. Jihad melawan setan
c. Berjihad melawan orang-orang fasik, pelaku kezhaliman, pelaku bid’ah dan pelaku kemungkaran.
d. Jihad melawan orang-orang munafik dan kafir

A. Jihad melawan hawa nafsu, meliputi empat masalah :
• Berjihad melawan hawa nafsu dalam mencari dan mempelajari kebenaran agama yang haq.
• Berjihad melawan hawa nafsu dalam mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
• Berjihad melawan hawa nafsu dalam mendakwahkan ilmu dan agama yang haq.
• Berjihad melawan hawa nafsu dengan bersabar dalam mencari ilmu, beramal dan dalam berdakwah.

B. Adapun berjihad melawan setan dapat dilakukan dengan dua cara :
• Berjihad melawan setan dengan menolak setiap apa yang dilancarkan setan yang berupa syubhat dan keraguan yang dapat mencederai keimanan.
• Berjihad melawan setan dengan menolak setiap apa yang dilancarkan setan dan keinginan-keinginan hawa nafsu yang merusak.

C. Sedangkan berjihad melawan orang-orang fasik, pelaku kezhaliman, pelaku bid’ah dan pelaku kemungkaran, meliputi tiga tahapan, yaitu dengan tangan apabila mampu. Jika tidak mampu, maka dengan lisan. Dan jika tidak mampu juga, maka dengan hati, yang setiap kaum muslimin wajib melakukannya, yaitu dengan cara membenci mereka, tidak mencintai mereka, tidak duduk bersama mereka, tidak memberikan bantuan terhadap mereka, dan tidak memuji mereka.
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tiga perkara barang siapa yang pada dirinya terdapat tiga perkara ini, maka dia akan mendapatkan kelezatan iman: Allah dan RasulNya lebih dicintai daripada yang lainnya, ia mencintai seseorang hanya karena Allah dan dia benci kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana ia benci dilemparkan kedalam neraka”.
“Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah, maka dia berarti telah sempurna imannya”.
“Barang siapa membuat perkara yang baru atau mendukung pelaku bid’ah, maka dia terkena laknat Allah, malaikat dan Seluruh manusia”.
Berjihad melawan orang fasik dengan lisan merupakan hak orang-orang yang memiliki ilmu dan kalangan para ulama yaitu dengan cara menegakkan hujjah dan membantah hujjah mereka, serta menjelaskan kesesatan mereka, baik dengan tulisan ataupun dengan lisan. Syaikhul Islam IbnuTaimiyah menyatakan : “Yang membantah ahli bid’ah adalah mujahid”. Dalam kesempatan lain beliau juga mengatakan : “Apabila seorang mubtadi menyeru kepada aqidah yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, atau menempuh manhaj yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, dan dikhawatirkan akan menyesatkan manusia, maka wajib untuk menjelaskan kesesatannya, sehingga orang-orang terjaga dari kesesatannya dan mereka mengetahui keadaannya”.
Oleh karena itu, membantah ahli bid’ah dengan hujjah dan argumentasi, menjelaskan yang haq, serta menjelaskan bahaya aqidah ahli bid’ah, merupakan sesuatu yang wajib, untuk membersihkan ajaran Allah, agamaNya, manhajNya, syari’atNya. Dan berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, menolak kejahatan dan kedustaan ahli bid’ah merupakan fardu kifayah.Karena seandainya Allah tidak membangkitkan orang yang membantah mereka, tentulah agama itu akan rusak. Ketahuilah, kerusakan yang ditimbulkan dari perbuatan mereka, lebih berbahaya dari pada berkuasanya orang kafir.Karena kerusakan orang kafir dapat diketahui oleh setiap orang, sedangkan kerusakan pelaku bid’ah hanya diketahui oleh orang-orang alim.
Adapun berjihad melawan orang fasik dengan tangan, maka ini menjadi hak bagi orang-orang yang memiliki kekuasaan atau Amirul Mukminin, yaitu dengan cara menegakkan hudud (hukuman) terhadap setiap orang yang melanggar hukum-hukum Allah dan RasulNya. Sebagaimana pernah dilakukan Abu Bakar dengan memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat, Ali bin Abi Thalib memerangi orang-orang Khawarij dan orang-orang Syi’ah Rafidhah.

Berjihad melawan orang-orang munafik dan kafir
Al-Imam Ibnu Qayyim menyatakan, jihad memerangi orang kafir adalah fardhu‘ain ; dia berjihad dengan hatinya, atau lisannya, atau dengan hartanya, atau dengan tangannya ; maka setiap muslim berjihad dengan salah satu di antara jenis jihad ini.
Akan tetapi, berjihad memerangi orang kafir dengan tangan hukumnya fardhu kifayah, dan tidak menjadi fardhu ‘ain, kecuali jika terpenuhi salah satu dari empat syarat berikut ini :
1. Apabila dia berada di medan pertempuran.
2. Apabila negerinya diserang musuh.
Syaikhul Islam IbnuTaimiyyah mengatakan ; “Apabila musuh telah masuk menyerang sebuah negara Islam, maka tidak diragukan lagi, wajib bagi kaum muslimin untuk mempertahankan negaranya dan setiap negara yang terdekat, kemudian yang dekat, karena negara-negara Islam adalah seperti satu negara” . Jihad ini dinamakan Jihad Difa’.
3. Apabila diperintah oleh Imam (Amirul Mukminin) untuk berperang.
4. Apabila dibutuhkan, maka jihad menjadi wajib. Lihat
Adapun disyariatkan jihad melawan orang kafir (dengan tangan), melalui tiga tahapan.
1. Diizinkan bagi kaum muslimin untuk berperang dengan tanpa diwajibkan. Allah berfirman.
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” [Al-Hajj : 39]
2. Perintah untuk memerangi setiap orang kafir yang memerangi kaum muslimin. Allah berfirman.
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” [Al-Baqarah : 190]
3. Perintah untuk memerangi seluruh kaum musyrikin sehingga agama Allah tegak di muka bumi.
“Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya ;dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa” [At-Taubah : 36]
Tahapan yang ketiga ini tidak dimansukh, sehingga menjadi ketetapan wajibnya jihad sampai hari kiamat. Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata : “Marhalah (tahapan) yang ketiga ini tidak dimansukh, tetap wajib sesuai dengan kondisi kaum muslimin”.

Demikian secara singkat hakikat jihad berserta tahapan-tahapan perintah tersebut. Semua ini harus dipahami oleh kaum muslimin, sehingga dalam menetapkan jihad, sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Minggu, 10 Januari 2010

Jangan lupakan Al Quran

Zaman semakin cepat berlalu, waktu untuk berdzikir kepada Allah SWT terasa sangat sempit sekali. Dunia sudah mulai mengoyak hati dan iman manusia. Tak jarang didapati, seseorang dalam keadaan mukmin dipagi hari, berbuat kufur sore harinya. Inilah tanda –tanda akhir zaman,persis seperti yang disinyalir oleh rasul junjungan –shalallahu ‘alaihi wa sallam -.
Akhir-akhir ini muncul banyak kasus, oleh sebab virus-virus penggerogot keimanan yang dihembuskan oleh barat. Mulai dari mode pakaian, tingkah laku, internet sampai lupa waktu shalat bahkan sampai budaya pergaulan yang sudah jauh dari tuntunan syariat. Apa mau dikata ?
Melihat hal ini, tentunya hati yang bersih akan merintih dan menangis, melihat penyakit yang sudah cukup parah kalau tidak mau dibilang sudah sangat parah, menyaksikan anak-anaknya begitu gandrung dengan artis pujaannya yang menggebrak panggung. Bersama dengan sang bintang, mereka melantunkan lagu dengan penuh penghayatan. Astaghfirullahal ‘adhiem.
Memang dalam masalah ini ada polemik sengit seputar hukum musik. Akan tetapi yang perlu kita cermati adalah dampak negatifnya. Lihatlah dampak buruk itu bagi agama anak-anak kita nantinya. Kecintaaan pada lagu dan sang bintang tak berhenti pada saat menghadiri konser musik, saat tidak menghadap panggung pun banyak yang ingat pada lagu-lagu sang bintang. Sekadar mengisi waktu luang, begadang, atau sambil berjalan mulut mereka tak segan melantunkan lagu. Kenapa ini bisa terjadi? Tak lain karena saking cintanya pada alunan lagu yang begitu merdu. Dimana-mana lagu dan musik menjadi hal yang digandrungi oleh anak-anak muda. Terlebih lagu-lagu cinta yang menggelorakan perasaan hampa tanpa kehadiran lawan jenis. Lagu seakan menjadi dzikir harian yang selalu disimak dan dialunkan.
Sementara dzikir yang hakiki, yaitu mengingat Allah, menyebut asma-Nya, mengagungkan-Nya, berdoa kepada-Nya dan mentadabburi firman-Nya menjadi hal yang terlupa. Lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai bentuk upaya preventif bagi kebaikan agama anak-anak kita. Siapa yang salah jika keadaannya berubah jadi begini ?

Ada yang Lebih Layak
Kita semua memahami, bahwa sebenarnya ada sesuatu yang lebih layak untuk dicintai dan dipergauli dengan baik dibandingkan lagu atau yang selainnya. Anak-anak kita setiap hari diajari Al Quran di sekolah, tetapi yang keluar dari mulut mereka bukan lantunan ayat suci yang menenangkan hati orang yang mendengarnya. Al Quran berisi semua hal yang membawa manfaat dan membangkitkan kebahagiaan bagi kita. Bukankah setiap kita ingin bahagia? Tentu saja, karena segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini tak jauh-jauh dari keinginan untuk meraih kebahagiaan. Sesuatu yang membawa kepada kebahagiaan itulah yang paling layak untuk dicintai. Begitu juga Al Quran menunjukkan jalan yang lempang bagi kehidupan kita. Orang yang mau mengikuti petunjuk Al Quran pasti tak akan sesat dalam berkehidupan. Bila kita mau merenungi dan memahami Al Quran, maka hal tersebut akan membersihkan hati sekaligus mengobatinya. Ia pun akan menumpas segala keragu-raguan dan kerancuan pemikiran yang ditiupkan oleh manusia atau jin.
Kemanakah gerangan perginya harapan akan hasil sebuah pembelajaran al Quran setiap harinya ?.
Aktivitas pendidikan terkait dengan perubahan yang secara moral bersifat lebih baik, ciri perubahan atau kemajuan secara fundamental yakni perkembangan internal diri manusia yaitu keimanan dan ketaqwaan, bukan hanya perubahan eksternal yang cenderung bersifat material yang dapat menghancurkan keimanan dan ketaqwaan manusia.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia. Masalahnya adalah bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat tidak terbatas, bersifat subyektif yang justru dapat menghancurkan harkat kemanusiaan yang paling dalam yaitu kehidupan rohaninya. Produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk melakukan pekerjaannya, tetapi tidak memiliki keimanan, akhlaq karimah apalagi rasa malu berboat dosa bahkan kepedulian dan perasaan terhadap sesama manusia. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan menjadi instrumen kekuasaan dan kesombongan untuk memperdayai orang lain, berbohong, bahkan kecerdikannya digunakan untuk menipu dan menindas orang lain, produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang serakah dan egois. Wal ’iyadzubillah
Ketidakberhasilan tertanamnya nilai-nilai rohaniyah (keimanan dan ketaqwaan) terhadap peserta didik (murid) dewasa ini sangat terkait dengan dua faktor penting dalam proses pembelajaran di samping banyak faktor-faktor yang lain.
Kedua faktor tersebut adalah strategi pembelajaran serta orang yang menyampaikan pesan-pesan ilahiyah dalam hal ini adalah kompetensi guru sebagai sang murabbi. Dalam sistem pendidikan Islam seharusnya menggunakan metode pendekatan yang menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriyah dan batiniyah), di samping itu keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat ditunjang oleh kepribadian setiap penyampai pesan yakni sang guru.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenungi pesan para ulama pendahulu. Bagaimana semangat mereka para ulam dalam menuntun umat ini menjadi tetap istiqamah degan agamanya.
Ibrahim Al-Khowash –disebutkan namanya Ibrahim An-Nak'I- berkata : "Obat hati ada lima : membaca Al-Quran dan mentadabburkannya, mengosongkan perut, qiyamullail, memohon ampun di waktu sahur dan duduk bersama para shalihin".
Al-A'masy berkata : "Ketika saya masuk kerumah Ibrahim (An-Nakh'I) yang sedang membaca Mushaf, namun ada seseorang meminta izin kepadanya maka belaiupun menutup mushafnya ! dan dia berkata : Tidak seorangpun saya melihat seseorang membaca Al-Quran setiap saat kecuali anda". Dari Abu Al-'Aliyah berkata : Saat duduk bersama sahabat Rasulullah saw maka seorang dari mereka berkata : Semalam saya membaca Al-Quran segini…, mereka berkata : ini adalah nasibmu-ganjaran- darinya". Seakan-akan tidak ada ganjaran lain dari sisi Allah, karena meminta pujian dari manusia, karena itu dia mengambilkan upah sebagai pujian dari manusia.
( lihat At-Tibyan : 60 )
Abu Abdurrahman bin Habib As-Sulmi Al-Kufi telah pensiun dari mengajarkan Al-Quran kepada manusia semenjak Utsman menjadi khalifah sampai musim haji tiba…mereka berkata; bahwa batas beliau mengajarkan Al-Quran selama 70 tahun". (lihat Fadhail Al-Quran : 40)
Dengan giat mereka memandu anak-anaknya untuk belajar kitabaallah. Proses pengajaran Al Quran sejak dini pada anak-anak inilah yang nantinya diharapkan mampu menanamkan makna-makna hakiki Al Quran ke dalam jiwa dan hati mereka. Disamping itu, secara perlahan-lahan akan tumbuh dan berkembang dalam jiwa mereka untuk mencintai Al Quran, sehingga hati mereka terikat pada segala apa yang tersurat dan tersirat dalam Al Quran.
Mengajarkan Al Quran pada anak-anak menurut Imam As Suyuthi merupakan dasar pendidikan Islam yang pertama yang harus mendapat nilai prioritas utama. Kita sebagai orang tua wajib memperhatikan hal utama ini.Karena pada usia itu masih dalam keadaan fithrah dan merupakan masa yang paling mudah untuk mendapatkan cahaya hidayah dan hikmah yang terdapat di dalam Al Quran, sebelum hawa nafsu masuk dan mulai menggerogoti dan mengarahkan kepada kemaksiatan.
Ibnu Khaldun juga menegaskan, bagi orang tua yang mengajarkan Al Quran pada anak-anaknya merupakan salah satu bentuk syiar agama sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para ulama terdahulu. Metode ini merupakan tahap awal untuk ditindaklanjuti oleh para orang tua yang pada akhirnya anak akan merasakan nikmatnya iman yang kokoh dan akidah yang kuat berkat pemahaman dan interaksinya selama ini dengan Al Quran. Wallahu a’lam