Minggu, 28 November 2010

AKHLAK SEBELUM MENUNTUT ILMU

Ketahuilah – semoga Allah memberkahi kehidupan kalian - ………………
Sungguh kalian akan mencari sebuah perkara yang paling agung, paling mulia, yang dipuji dan dimuliakan para pemiliknya, diangkat derajatnya, dan akan semakin ditinggikan disisi Allah SWT, dan dihadapan para makhluk Nya, untuk itu berhiaslah dengan akhlak yang mulia saat engkau berusaha meraihnya.
Mungkin engkau masih bingung tentang akhlak apa yang kamu berhias dengannya. Oleh karenanya, aku tunjukkan kepadamu beberapa akhlak tersebut sebagai berikut ;

a. Niatkanlah urusanmu menuntut ilmu ini dengan ikhlas karena Allah SWT. Kenapa ? karena menuntut ilmu adalah ibadah, dan engkau tahu bahwa ibadah itu hanya untuk Allah, tidak boleh ditujukan kepada yang lain seperti karena ingin mengharapkan kaya atau yang lainnya. Jika kamu berniat demikian maka segeralah luruskan niatmu kembali untuk Allah saja, jika tidak maka berarti engkau telah berbuat syirik dalam amal perbuatan yang mulia ini. Na’udzubillahi min dzalik. Diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik-radhiyallahu’anhu- berkata : “ Aku mendengar rasulullah SAW bersabda ;
من طلب العلم ليجاري به العلماء أو ليماري به السفهاء أو ليصرف به وجوه الناس اليه أدخاه الله النار ( رواه الترمذي )
Artinya : “ barang siapa yang menuntut ilmu untuk menandingi Ulama, meremehkan ulama dengan tidak mendengarkan penjelasannya, atau untuk membodohi orang yang belum tahu, atau agar manusia kagum terhadap dirinya, maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka. “ ( HR. At Tirmidzi )

b. Berhiaslah dengan amal perbuatan yang baik, akhlak yang mulia.
Imam Al Khatib Al Bagdadi berpesan : “ Seorang murid itu adalah orang yang paling sempurna dalam beradab, paling patuh dengan apa yang disampaikan guru, paling semangat untuk melakukan ibadah dan beragama, selalu mendengarkan khabar penjelasan gurunya, dan memenuhi kehidupan sehariharinya dengan akhlak yang baik lagi mulia “ ( Al jami li akhlaqirrawai I/ 78 )

c. Memberikan ilmunya kepada orang yang membutuhkan. Hendaklah seorang murid itu tolong menolong dalam memahami pelajaran yang dihadapinya. Jika melihat saudaranya belum paham, maka yang paham wajib hukumnya memberikan dan membantu agar temannya paham dengan pelajaran tersebut.
d. Mengamalkan apa yang telah dipelajari.
Amr bin Qais berkata : “ Bila telah sampai kepadamu sedikit berupa kebaikan, maka berbuatlah kebaikan itu, sekalipun hanya sekali, sebab engkau akan menjadi pemilik ilmu itu “

e. Menghormati gurumu dan memuliakannya.
Nabi SAW bersabda :” Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua darinya, dan tidak menyayangi orang yang lebih kecil darinya “ (HR. Ahmad )

ADAB SAAT PEMBELAJARAN
a. Memilih tempat duduk yang dekat dengan guru, agar dapat menerima pelajaran dengan jelas dan tidak ada kesalahpahaman dengan konsep atau rumus yang diberikan oleh Guru.
b. Tidak menyibukkan diri disaat pelajaran dengan sesuatu yang melalaikan konsentrasi belajar baik dikelas ataupun diluar kelas.
c. Tidak mengganggu teman yang sedang belajar dengan membuat gaduh ataupun usil kepada mereka.
d. Jika datang terlambat padahal pelajaran sudah dimulai, hendaklah meminta ijin masuk terlebih dahulu dengan mengucapkan salam lebih dulu.
e. Tidak keluar kelas selama belum diijinkan oleh gurunya,
f. Senang menunggu dan rindu akan kedatangan gurunya selama belum datang.
g. Menghindari sikap duduk yang tidak sopan didepan guru, baik dengan cara memanjangkan kedua kakinya ( slonjor ), atau meletakkan kedua tangannya dipunggungnya, atau bersuara keras melebihi suara gurunya.
Abdullah Bin Abbas berkata ; “ Pintu ilmu itu ada lima ; mendengarkan, memahami, menghafalkan, mengamalkan, dan bersabar dalam menyebarkannya “. ( Hilyah tholibil ‘ilmi ).


PENGHALANG-PENGHALANG DALAM BELAJAR
a. Niat yang tidak ikhlas, menuntut ilmu bukan untuk tujuan ibadah tetapi karena terpaksa atau ingin menyaingi temannya.
b. Tidak mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, bisa disebabkan malas atau yang lainnya.
c. Menunda-nunda belajar dan mengamalkan.
d. Tidak mau mengulang kembali pelajaran yang telah lewat.
e. Berangan-angan bahwa yang lalu itu sangat gampang, tidak perlu belajar lagi.
f. Dan lain-lain.

REFERENSI :
• ‘Awaiquththalab, Abdussalam Barjas 1993.
• Hilyah Thalibil ilmi, Bakr Abu Zaid, 2002.
• Nailul Arab min adabiththalabil ilmi, Ahmad bin Abdul Aziz Al Hamdan,1999.
• Ta’limul Muta’alim, Imam Az Zarnuji, 2000.
• Dan lain-lain.